Suatu hari di teras rumah, ada seorang anak bertanya kepada ibunya, "Kenapa aku selalu gagal?"
"Karena Tuhan ingin melihat usahamu, Nak." jawab sang ibu dengan penuh kasih sayang.
"Tapi mengapa Tuhan memilih aku? Mengapa bukan anak orang lain saja? Mengapa anak ibu yang harus terjatuh?"
"Karena kamu adalah makhluk Tuhan teristimewa yang paling ibu sayangi."
"Ibu menyayangi aku tapi aku belum bisa berbuat apa-apa untukmu." kata si anak.
"Walaupun kau terjatuh di lubang yang sama, kau tetap anak ibu yang paling hebat di dunia."
Tak kuasa menahan air mata, anak tersebut langsung menangis di depan ibunya. "Ibu, mengapa jalanku tak semulus jalan orang lain?"
"Coba dengarkan cerita ini, jangan menangis." ujar sang ibu sambil mengusap pipinya yang basah. Anak ini langsung terdiam sejenak mendengarkan cerita ibunya.
"Kau pernah melihat jalanan depan rumah itu, Nak?" tanya ibu.
"Pernah, Bu. Memang ada apa dengan jalanan itu?"
"Kau tahu asal mulanya jalan itu dibuat? Begini mulanya. Jalanan depan rumah yang mulus itu awalnya past tak semulus seperti ini."
"Lantas?" potong si anak.
"Dulu, sebelum kau lahir jalanan ini penuh dengan kerikil tajam, sempit, kalau musim hujan sering becek, dan musim panas bagaikan sungai kering. Orang-orang enggan melewati jalan ini. Mereka beranggapan jalan ini adalah jalan setan."
"Emm..."
"Tapi Ibu dan Bapak tetap nyaman tinggal di rumah ini walaupun jalan menuju rumah ini disebut jalan setan. Namun beberapa tahun kemudian masyarakat di sekitar sini mulai sadar untuk membangun jalan ini agar lebih indah."
"Lalu apa hubungannya dengan kegagalanku ini, Bu?" tanya si anak.
"Nak, jalan yang semulus ini butuh pengerjaan lama. Jalan ini harus dikeruk dengan alat berat, ditimbun dengan pasir panas, diaspal dengan aspal yang mendidih, dan diaspal berkali-kali agar terbentuk jalan yang kuat jika dilewati beban berat. Kau lihat sendiri kan, sekarang banyak orang yang memanfaatkan jalan ini?"
"Iya, Bu. Sekarang orang-orang dapat merasakan manfaatnya, termasuk aku."
"Begitu pula dengan orang-orang sukses di luar sana. Awalnya mereka dihina, dicaci-maki, dan direndahkan oleh orang lain. Tapi dengan kesabaran dan semangatnya yang masih membara, mereka dapat meraih kesuksesan yang bermanfaat untuk kepentingan dunia."
"Begitu ya?" kata si anak.
"Nah, sekarang kau mengerti kan dibalik kegagalanmu itu Tuhan merencanakan masa depan indah yang pastinya dapat bermanfaat bagi kamu dan orang lain." ujar si ibu sambil membelai lembut anaknya.
"Iya, Bu. Kini aku mengerti mengapa aku dilarang menyalahkan kuasa Tuhan."
This handwriting is dedicated for my mother who always support me when I felt so badly, thanks mom! I love you till end..
your daughter, Mutiara Rizki Dwi Masyitha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar