Gara-gara iklannya bang dika yang nawarin mie instan, akupun jadi kepikiran tentang istilah kudet sama bal-bal. Jujur aja sih, bahkan semenjak denger kudet-kudet itu aku jadi punya jadwal kudet sendiri!! Jadwal kurang-updateku dimulai tiap hari Senin hingga hari Jumat. Kenapa? Aku mesti nge-goa sendiri di pucuk Yogyakarta. Pokoknya kalian bakal tahu lah. Salah satu perguruan tinggi yang paling tinggi lokasinya di kotaku.
Kenapa mesti kudet? Nih ya ada sejarahnya. Berhubung tempat berteduhku ada di deket lereng gunung merapi ya, jadi sinyal wi-fi disana agak kurang memuaskan. Aku pakai modem dengan merk teman-pintar, tapi bukan pintar, melainkan aku sendiri malah berasa menjadi manusia kudet yang bodoh. Udah kudet, bodok, item, jelek, hidup lagi. Kurang apa coba?! Kurang apa penderitaanku? Ya Tuhan Ya Karim, apa salah hambaMu ini?!
Habis gelap terbitlah terang, habis Jumat terbitlah weekend. Jadi mahasiswa bahagia itu emang butuh perjalanan sih. Kalian kudu ngejalanin kegiatan rutin terus-terusan dari hari Senin sampai Jumat dan seterusnya sampai kalian dinyatakan lulus. Terkecuali bagi kalian yang udah lulus dengan IPK 9,86. Sarap, emang sarap! Skip! Lanjut ke postingan yang ingin kutuang dalam blog ini. Sebenarnya ini adalah obrolan ringan antara aku dengan salah satu senior di kampus. Kurang lebih beginilah detailnya.
Z: Lo kalau udah selesai kuliah mau ngapain?
Y: Kuliah kalau nggak ya kerja buat cari uang.
Z: Habis kerja cari uang?
Y: Nyenengin ortu gue lah.
Z: Terus lo cuma mau nyenengin ortu lo doang?
Y: Ya nggak lah, nikah mungkin.
Z: Habis nikah?
Y: Punya anak.
Z: Habis punya anak?
Y: Jadi orang tua yang baik buat anak-anak gue nantinya.
Z: Terus kalau udah jadi orang tua yang baik buat anak lo nanti, lo mau apa?
Y: Ya udah menikmati hari tua.
Z: Habis itu meninggal kan? Suatu saat lo semua pada meninggal kan?
Y: Iya, terus?
Z: Nah, terus apa gunanya kuliah kalau ujung-ujungnya lo meninggal? Iya, kan?
Y: Iya juga sih. Tapi kan biar pinter.
Z: Ilmu yang didapat waktu kuliah cuma diambil beberapa persennya. Selebihnya lo belajar sendiri. Ya mungkin bisa belajar bareng temen lah, lingkungan sekitaran lah, yang penting lo berani speak-speak di depan publik. Makanya, kuliah ini lo mesti punya jaringan yang luas sama luar. Caranya lo ikutan orgnisasi apalah. Organisasi nggak cuma di dalam kampus. Lo bisa ikut organisasi di luar.
Ini kelemahanku. Jujur akupun kurang punya organisasi di dalam kampus, bahkan cenderung lebih baik diam daripada bertingkah. Buruk sih, tapi aku menyadarinya. Emang penting banget yang namanya sosialisasi. Apalagi kita semua makhluk sosial ciptaan Tuhan YME.
Akupun semakin mengakui bahwa semenjak kenal sama teknologi diriku berubah menjadi manusia anti sosial. Nggak peduli dengan lingkungan sekitar. Pamit sama orang tua pergi ke kampus, pulang, makan, pegang gadget, tidur, belajar, pegang gadget lagi, tidur, ngampus, pulang, makan, dan seterusnya.
Buat ngerubah segalanya emang susah. Salah satu taktiknya adalah move on. Gampang di tulisan susah dilakukan. Tapi apa salahnya mencoba? Coba dari hal kecil, misalnya ikut kegiatan yang positif. Semisal suka sama ini, suka sama itu, buat perkumpulan apa lah. Itung-itung cari kenalan baru. Tapi jangan menjadi kelompok tertutup yang nggak peduli sama kelompok lainnya ya.
Jadi buat apa IPK tinggi kalau jaringan kalian rendah? Mending IPK tinggi, punya kenalan banyak daripada IPK rendah, kenalannya sedikit. Ya nggak?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar