Selamat pagi semuanya! Apa kabar kalian? Semoga tetap baik-baik saja ya. Kembali lagi bersamaku yang sedang menikmati dinginnya cuaca kota. Jarang-jarang nih bisa sedingin ini. Sesuai prakiraan cuaca, kota akan diguyur hujan ringan hari ini bertepatan dengan hari besar rakyat di (sebagian) seluruh Indonesia. Apakah itu? Ya, pemilihan umum kepala daerah. Tepat pada Rabu ini, kita semua sebagai rakyat Indonesia merayakan pesta demokrasi yang diadakan 5 tahun sekali. Hayooo... buat kalian yang belum memilih, buruan memilih. Jangan golput ya. Jangan berpikir jika suara kalian nggak bakal mempengaruhi hasilnya. Satu suara dari kalian ini nantinya menjadi penentu masa depan daerah kalian masing-masing. Bicara mengenai pemilu yang artinya memilih aku sempat memikirkan satu hal. Apakah sudah tepat kita menjadi orang-orang terpilih?
Menjadi terpilih bukan berarti harus menjabat menjadi Gubernur, Walikota, hingga status Pak RT sekalipun. Bahkan kamu yang membaca tulisanku ini, suatu saat akan menjadi pemimpin. Pemimpin bagi keluargamu kelak. Amin. Sudah kutuliskan amin diblogku. Jangan khawatir. Aku pun tak lupa untuk berharap jika jodohku membaca ini.
Bagiku, menjadi terpilih adalah ketika kita bisa menjadi pemimpin untuk diri kita sendiri. Hal ini tidak lepas dan saling berkaitan dengan hajat atau keinginan kita dalam meminta kepadaNya. Sudah pantaskah kita menjadi pemimpin untuk diri kita sendiri? Kapan waktu yang tepat untuk kita menjadi pemimpin? Semua tergantung keputusan dariNya. Aku ingat tentang kutipan yang isinya seperti ini. Allah akan mengabulakan doa kita. Pasti. Itu sudah pasti. Kamu harus yakin. Di saat kamu siap. Bukan kamu ingin.
Selalu membawa diri sendiri menjadi yang terbaik sesuai dengan versi kita masing-masing dalam menjalani kehidupan. Pantaskan diri kalian di hadapanNya. Kita berusaha, Allah yang menentukan. Kita berjuang, Allah yang menakdirkan. Kita berdoa, Allah yang meridhoi. Jangan berputus asa ketika merasa kalah. Instropeksi, refleksi, dan memperbaiki diri akan menjadi kunci kunci keberhasilan. Imbangi hal tersebut dengan berusaha dan tentu saja pasrah lillahi ta'ala. Aku yakin jika Allah akan mengabulkan segala usaha ini. Sebaliknya adalah mengenai keberhasilanmu. Tentunya jangan menjadi si kepala besar jika kamu berhasil mendapatkan kemenanganmu. Tetaplah meminta kepadanya untuk dijadikan makhluk yang rendah hati.
Dari momen pemilu ini, aku sadar akan dua hal. Pertama, kemenangan yang akan membawa kita untuk memikul tanggung jawab lebih besar. Kedua, kekalahan yang menjadikan kita sebagai makhluk legowo, narima, dan berdamai dengan sang kekalahan. Karena menang kalah adalah takdir yang sudah dituliskan dariNya.
Salam dariku yang kena jatah libur tapi nggak milih Gubernur.
Yogyakarta, 27 Juni 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar