Welcome to all passangers! Read carefully, enjoying with my mind!

Selamat datang di blog saya. Apakah anda pernah merasakan manisnya jatuh cinta? Di saat anda merasakan perasaan seperti itulah, anda harus bersiap diri untuk merasakan kepahitannya.

Jumat, 27 April 2012

Surat Kasih Sayang

Saat ini anakmu sedang dilanda kekacauan yang sangat-sangat membuatku semakin gila. Aku sudah hampir menginjak umur 18 tahun, sudah hampir pula menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Artinya, sudah saatnya aku mencari pendidikan di jenjang berikutnya yaitu perguruan tinggi. Sudah saatnya pula aku menemukan 'aku' yang sebenarnya. Untuk masuk ke perguruan tinggi tidak semudah membalikkan sayur. Ada beberapa cara. Pertama, kita bisa melewati jalur undangan dimana jalur tersebut diambil dari akumulasi nilai semester 3 hingga semester 5. Kedua, lewat jalur tertulis atau yang sering kita sebut dengan ujiian SNMPTN.
 
Suatu keberuntungan aku bisa masuk ke jalur undangan. Namun, aku juga tidak berharap begitu banyak bisa diterima lewat jalur tersebut dikarenakan peminat untuk masuk ke sekolah negeri tak sedikit. Musim-musim seperti ini aku hanya bisa berdoa kepada Yang Kuasa saja. Pasrah dengan segala usaha. Belum lagi tuntutan kedua orangtuaku yang ingin memasukkan aku ke Fakultas Kedokteran. Memang, aku pernah berniat untuk menjadi mahasiswi kedokteran di suatu perguruan tinggi bahkan aku pernah bermimpi dan berkata kepada Bapak dan Ibu jika aku akan mendirikan sebuah klinik yang menangani penyakit anak.

Setelah instropeksi diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT kini aku menyadari bahwa untuk menjadi mahasiswa kedokteran tidaklah mudah. Butuh pengetahuan yang tinggi, sedangkan aku hanya memiliki pengetahuan cethek. Bahkan saat-saat pendaftaran jalur undangan aku harus berpikir dua kali agar aku bisa diterima di sekolah negeri yang sesuai dengan minatku. Oleh karena itu, aku beralih mengambil jurusan bagian teknik informasi. Tujuannya sih masalah klasik, modernisasi dan globalisasi. Hanya itu saja.

Peralihan dari kedokteran menjadi teknik informasi tersebut justru tidak disambut hangat oleh Bapak dan Ibu. Bapak ataupun Ibu tetap menuntutku menjadi seorang mahasiswi kedokteran dengan alasan dapat menjadi seorang pegawai negeri suatu hari nanti. Sudah kujelaskan berkali-kali tetap saja mereka kekeuh dengan pendiriannya. Seolah-olah Bapak dan Ibu tak mau tahu apa yang kurasakan saat ini. Hingga air mataku berceceran pun  Bapak dan Ibu  seakan membiarkanku begitu saja.

Memang, ini kesalahanku. Baru sekarang aku menyadarinya bahwa aku tak sanggup sekolah di kedokteran. Tapi mau bagaimana lagi? Ini demi masa depanku, aku juga tidak mau semuanya terbengkalai di tengah jalan hanya karena masalah seperti ini. Aku juga ingin sekolah negeri seperti Mas Aji, melanjutkan pendidikanku ke jenjang lebih tinggi hingga S3 nanti. Aku ingin seperti orang-orang pintar lainnya yang bisa sekolah ke luar negeri karena beasiswa, tidak merepotkan Bapak dan Ibu terus. Tujuan akhirku ya cuma satu, membahagiakan kalian berdua. Oh ya aku hampir lupa, tidak menjadi dokter bukan berarti tidak keren. Semuanya sama kok tidak ada bedanya.

Terakhir dari anakmu.... maaf, aku belum bisa menjadi anak yang kalian dambakan.

With love,
Mutiara Rizki Dwi Masyitha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar