Halo apa kabar? Aku mau share beberapa cerita yang mungkin bisa jadi renungan kecil-kecilan buat kalian yang mau masuk penjurusan khususnya penjurusan di perkuliahan. Sebelumnya cerita dikit-dikit ya gimana awalnya aku bisa sampai kayak gini. Emm lebih tepatnya salah jurusan. Tapi di postingan kali ini aku nggak bakal mengdoktrin kalian semua kalau salah jurusan bakal bikin kalian terpuruk. Justru sebaliknya. Jadi silakan dinikmati postingan saya berikut ini.
Bermula di tahun 2012 bulan Januari, saat itu aku masih SMA kelas 12 dan sedang sibuk-sibuknya belajar sana-sini untuk menghadapi UN. Mulai dari sekolah, keluarga, tempat bimbingan belajar ikut andil dalam membantuku dalam menghadapi ujian pada bulan April ke depan. Sekolah menyediakan fasilitas tambahan kelas pada jam ke-0 dan jam terakhir sepulang sekolah. Aku berusaha memanfaatkan kesempatan gratis tersebut. Keluarga yang selalu membantu dalam bentuk materi dan doa agar aku selalu diberi kemudahan dalam belajar. Tempat bimbingan belajar yang selalu memberi tips dan trik mengerjakan ujian hingga cara cepatnya yang super ampuh. Cita-citaku sewaktu kelas 12 adalah mengambil jurusan kedokteran di UGM. Perlu di bold dan underline, FK UGM. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Aku yang memiliki peringkat 50 sekian dari 150 siswa IPA di sekolahku ingin masuk jurusan dokter. Agak gila sepertinya. Dan benar ini memang gila. Aku mendaftar di salah satu perguruan tinggi swasta dengan mengambil jurusan kedokteran. Hasilnya adalah aku gagal. Berkali-kali aku mencoba mendaftar, berkali-kali pula aku gagal. Mulai saat itu aku mengutuk jurusan kedokteran. Seketika aku teringat ketika salah seorang temanku berkata dengan nada menyindir, "Kalau jadi dokter enak ya duitnya banyak. Sayang banget otakku nggak sanggup kalau disuruh masuk kedokteran."
Awal mendengar sindiran terebut aku agak marah dengannya tetapi aku sadar bahwa itu adalah tamparan keras untuk diriku. Mulai saat itu juga aku bertekad untuk tidak mengambil jurusan dokter lagi.
Kelar dari permasalahan penjurusan kedokteran kini aku mulai tertarik dengan dunia perteknikan. Dunia yang katanya banyak anak cowoknya dibandingkan ceweknya. Tak peduli teknik apa, yang namanya teknik pasti perbandingan antara cewek dan cowok adalah 3:7. Ketertarikanku akan teknik bermula dari sebuah drama yang membahas tentang bagaimana meretas sebuah akun kepresidenan. It's look so interesting pada awalnya. Lalu pada akhirnya?
Beberapa bulan setelah Januari aku dinyatakan lolos mengikuti SNMPTN undangan. Sama aja kamu dapat masuk ke UGM, UI, ITB, ITS, dan perguruan tinggi negeri secara free tanpa ujian apapun. Dengan kesungguhan hati yang mantap, aku mengisikan jurusan yang ingin aku pilih untuk ke depannya yaitu Teknologi Informasi UGM sebagai pilihan pertama dan Teknik Informatika UNS sebagai pilihan keduanya. Kedua pilihan tersebut adalah kategori IPA.
Hari yang ditunggu pun tiba, seluruh siswa SMA tingkat akhir se-Indonesia termasuk aku, mau tak mau, suka tak suka, harus mengerjakan soal-soal ujian. Soal inilah yang nantinya menjadi penentu aku lulus atau tidak. Yang aku butuhkan adalah nilai kelulusan dan tentunya status kelulusan. Empat hari menjadi momok yang cukup menakutkan bagi kami.
Menjadi siswa yang entah bagaimana cara menghabiskan waktu antara libur setelah ujian hingga pengumuman adalah hal yang paling membosankan. Setelah ujian maka kamu akan merasa kebingungan dengan status pelajarmu. Sudah lulus? Belum pengumuman. Masih kelas 12? Padahal ujian baru saja kelar. Itulah kehidupanku ketika selesai menghadapi ujian nasional. Hingga hari kelulusan diumumkan. Aku lulus tetapi aku tidak lolos. Di hari itu juga pengumuman seleksi SNMPTN undangan diumumkan dan aku tidak lolos.
Keinginanku untuk masuk ke dunia yang 3:7 itu mulai luntur beberapa persen. Dan kini aku tertarik untuk masuk ke sastra korea. Begitu pengumuman jalur tertulis lagi-lagi aku tidak lolos keduanya, jurusan 3:7 baik di UGM maupun UNS.
Sebagai keluarga yang tidak ingin melihat salah satu anggota keluarganya bersedih karena tidak lolos, mereka mendukungku untuk tidak patah semangat dan putus asa. Baiklah aku disuruh untuk tidak putus asa di saat teman yang lainnya mengupdate keberhasilannya mengambil jalur undangan. Masih mencoba beberapa kesempatan yang bisa dibilang kesempatan emas bagi mereka tapi menurutku adalah kesempatan perunggu. Aku kembali mendaftarkan diri di salah satu perguruan tinggi swasta dan mengambil jurusan teknik informatika. Lulus seketika. Tapi bukan ini yang aku inginkan. Sebelum ujian tertulis itu diadakan sempat terjadi benturan keinginan antara iya atau tidak. Mulai dari sinilah aku menyesalinya. Yang seharusnya aku memilih pilihan pertama jurusan Bahasa Korea tetapi aku tetap kekeuh dengan perteknikan.
Sampai sekarang aku tidak mengerti juga kenapa aku harus masuk disini. Aku bahkan tidak bisa membedakan apa itu inisialisasi, parameter, dan variabel. Untuk masalah membuat coding program saja aku harus meniru. Tetapi aku dapat membaca tulisan korea dengan baik. Bahkan aku bisa menulis beberapa paragraf dengan bahasa yang sebagian orang tidak bisa membacanya. Mungkin aku salah satu dari beberapa mahasiswa Indonesia salah jurusan yang masih bertahan disini. Karena aku menyesal di semester 5 maka aku sudah tidak bisa lagi untuk mengulanginya. Jalan satu-satunya adalah tetap bertahan disana hingga namamu dipanggil di Kahar Muzakir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar