Pak Kardi

Ini ceritaku tentang sosok guru fisika yang sempat menjadi momok tiap angkatan. Sebelumnya saya minta maaf kalau di blog ini terdapat kata-kata yang dianggap kok gag menghormati orang yang udah tua. Justru itu, ciri khas Bapak yang bisa jadi motivasi saya. Oleh karena itu, saya ingin mengadopsi anak, eh maksud saya mengadopsi kisah seru selama menjadi murid Bapak.

Title: Galau

OK sekarang udah sore dan cuacanya mendukung banget buat ngeblog sore ini. Rintik hujan jatuh dari langit membawa kesejukan yang dapat membuat hatiku sejuk kembali setelah bertahun-tahun kemarau berkepanjangan. Semacam kemarau kering kerontang, gag ada cadangan makanan, air aja sampai beli segalon. Ah sudah lupakan.

Abnormal

Jadi begini ceritanya, awalnya aku gag pernah kenal sama dia. Pertama aku mengetahui batang hidungnya dia itu saat latihan baris berbaris maklum, aku penjuru tengah yang sering bawa nomor dada. Sampai ada salah satu sahabatku namanya Dina nyelentuk gini, "Ih kayak sapi yang mau dikorbanin aja Mu." Sialan aku disamain sama sapi kurban. Langsung pingsan di tempat, grook grook grook. Lanjut ke cerita awal. Pandangan pertamaku tertuju pada satu titik. Mata gag berkedip sama sekali, nafas sempat terhenti sejenak, hatiku cenat-cenut, gigiku ngilu semua. Aku langsung merengkuh lengan temanku, Vita dan berkata pada dia, "Vit lihat deh ada pangeran yang habis turun dari langit. Ganteng banget Vit." Ibaratnya dia tuh kayak pangerang yang di film-film dikasih efek macam slow motion. Langsung meleleh, meluber kemana-mana.